News Ticker

Menu

Latest Post

Previous
Next

Pantai

Pegunungan

Air Terjun

?
?

Candi

Goa

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 15 November 2015

Goa Tabuhan

Salah satu Goa yang cukup kondang di Pacitan selain Goa Gong adalah Goa Tabuhan. Letaknya di desa Bomo Kecamatan Punung, Pacitan. Sebenarnya sangat mudah untuk mencapai tempat ini karena satu jalan dengan pantai Klayar dan Goa Gong. Dari Pacitan kota kita tinggal jalan saja ke arah Solo (Raya Pacitan-Solo) sekitar 16 km sampai menemukan jalan  punung goa gong di sebelah kiri (acuannya sebelum SPBU), karena Goa Tabuhan ini cukup terkenal jadi jangan kuatir tersesat, ngga begitu jauh dari Goa Gong, cuma berjarak sekitar 30 menit perjalanan naik mobil.
Karena Goa Tabuhan ini paling mudah di jangkau dan paling luar, maka saya kunjungi paling akhir. Cukup membayar tiket masuk 5rb/orang dewasa dan 3 rb untuk anak plus parkir 5 rb kita sudah bisa masuk ke dalam.
Goa Tabuhan tidak sebesar Goa Gong, hanya mulut goa saja yang besar tetapi ujungnya mengerucut dan akhirnya buntu didalam.  Pengelolaan Goa Tabuhan tidak sebagus  Goa Gong hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya lampu hias didalam Goa sehingga goa gelap gulita. Tapi kita bisa menyewa lampu senter ke guide dengan harga 5rb saja dan tips guide sukarela.
Konon goa tabuhan ini adalah tempat bertapa dari Sentot Prawirodirjo, seorang panglima perang di jaman Pangeran Diponegoro tahun 1825. Tetapi jauh sebelum itu goa ini sudah dihuni oleh manusia prasejarah ribuan tahun silam.
Bagi yang mau mendengarkan suara tabuhan mirip gamelan bisa membayar sebesar 150rb kepada guide, nanti anda akan bisa menikmati alunan musik dari stalaktit yang dipukul kurang lebih 6 lagu.

Goa Tetes

Kabupaten Lumajang memiliki berbagai macam obyek wisata dengan panorama alam yang memukau dan masih alami. Keindahan pegunungan, pantai, danau serta obyek wisata lainnya bisa didapatkan di Lumajang. Salah Satu obyek wisata terkenal di Lumajang adalah Goa Tetes. Goa Tetes merupakan wisata goa yang menawarkan sebuah keeksotisan goa dengan stalagtit dan stalagmit yang beraneka ragam warna.

Goa Tetes terletak di desa Sidomulyo Kecamatan Pronojiwo jarak tempuh dari kota Lumajang 55 Km ke sebelah Selatan, mudah dicapai dengan kendaraan roda dua / empat, satu jalur dengan obyek wisata Piket Nol, selanjutnya perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki menuruni tangga sepanjang 3 Km untuk sampai ke mulut goa, dengan medan yang cukup menantang tapi menyenangkan. Tak perlu khawatir jika merasa kelelahan karena di beberapa titik tertentu terdapat warung maupun tempat istirahat.
Panorama air terjun Goa Tetes patut dibilang sangat menakjubkan. Dengan perpaduan stalakmit dan stalaktit yang menawan, goa ini seakan-akan mampu menghipnotis siapa saja yang berkunjung ke sana. Dinamakan Goa Tetes karena memang di air terjun ini terdapat goa-goa yang sebagian besar di bawah air terjun sehingga dari dalam banyak air yang menetes.
Sepanjang jalur menuju ke Goa Tetes, kita juga bisa melihat deretan tebing dengan tanaman sulur hijau menawan. Di samping kanan kirinya juga terdapat air terjun yang indah. Bahkan keeksotikan Goa Tetes juga terlihat menakjubkan dengan perpaduan tebing lumut hijau dan tetesan air terjun. Sungguh menakjubkan!
Keunikan lainnya adalah tebing-tebing batu yang terbentuk di Goa Tetes berlapis belerang sehingga terlihat kuning keemasan. Apalagi dipadu dengan hijaunya lumut sehingga terlihat alami dan mengesankan.

Goa Maharani


Datang ke Goa Maharani, akan membuat kita benar-benar kagum atas kuasa Allah, dan makin menyadari kalo Allah itu Maha Besar. Goa Istana Maharani menyimpan keindahan alam lebih spesifik, memi¬Iiki keindahan di atas rata – rata goa wisata di Indonesia. Kabarnya sih goa ini memiliki kesejajaran dengan goa – goa wisata terkenal di Luar negeri seperti Goa Altamira di Spanyol, Goa Mammoth dan Carlsbad di’ Amerika Serikat serta Goa Coranche di Perancis. Kabarnya juga stalaktit dan stalagmit di goa Istana Maharani masih ‘hidup’ dan terus tumbuh. Pertumbuhanya mencapai kurang lebih 1 Cm per sepuluh tahun, agar kelestariannya tetap terjaga. Gua yang menyimpan sejuta keindahan ini berada dikedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga aku seluas 2500 m2. Stalaktit dan stalagmit yang tumbuh di dalam goa dapat memancarkan cahaya warna warni bila terkena cahaya (Maha Besar Allah yang telah menciptakan langit dan bumi).
Gua ini letaknya sangat strategis dan menarik karena terletak didekat pantai kurang lebih 500 m dan berada di tepi jalan Gresik-Tuban tepatnya di kecamatan Paciran Lamongan.
Sekilas tentang Goa Maharani :
Nama Istana Maharani, diberikan oleh Bupati Lamongan pada waktu itu, R. Mohamad Faried, SH sesuai dengan kecantikan sinarnya dan berdasarkan usulan salah seorang pekerja penemu goa atas mimpi istrinya. Goa Istana Maharani ditemukan oleh penggali tanah coral bahan phosphat dan pupuk dolomit yaitu tanggal 6 Agustus 1992. Luasnya kurang lebih 2. 500 m2 dengan kedalaman 25 m dari permukaa.n tanah. Nama maharani lahir dari impian istri Mandor penggali tanah. Malam sebelum ditemukanya goa dia bermimpi melihat cahaya bunga–bunga yang sangat indah berwarna–warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualkan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga.

Candi Badhut

Candi Badhut ditemukan oleh pakar arkeologi di tahun 1923. Candi yang juga disebut Candi Liswa ini berlokasi kurang lebih 5 km dari kota Malang, tepatnya di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Badhut diduga diperkirakan dibangun jauh sebelum masa pemerintahan Airlangga, yaitu masa dimulainya pembangunan candi-candi lain di Jawa Timur, dan diduga merupakan candi tertua di Jawa Timur.
Sebagian ahli purbakala berpendapat bahwa Candi Badhut dibangun atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dalam Prasasti Dinoyo (tahun 682 Caka atau 760 M), yang ditemukan di Desa Merjosari, Malang, dijelaskan bahwa pusat Kerajaan Kanjuruhan adalah di daerah Dinoyo.
Prasasti Dinoyo sendiri saat ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Tulisan dalam prasasti juga menceritakan tentang masa pemerintahan Raja Dewasimba dan putranya, Sang Liswa, yang merupakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan. Kedua raja tersebut sangat adil dan bijaksana serta dicintai rakyatnya. Konon Sang Liswa yang bergelar Raja Gajayana yang sangat senang melucu (bahasa Jawa: mbadhut) sehingga candi yang dibangun atas perintahnya dinamakan Candi Badhut. Walaupun terdapat dugaan semacam itu, sampai saat ini belum ditemukan bukti kuat keterkaitan Candi Badhut dengan Raja Gajayana.
Selain usianya yang diduga jauh lebih tua, didasarkan pada keterkaitannya dengan Kerajaan Kanjuruhan, terdapat ciri khas lain yang membedakan Candi Badhut dari candi lain di Jawa Timur, yaitu pahatan kalamakara yang menghiasi ambang pintunya. Pada umumnya relief kepala raksasa yang terdapat di candi-candi Jawa Timur dibuat lengkap dengan rahang bawah, namun kalamakara yang terdapat di Candi Badhut dibuat tanpa rahang bawah, mirip dengan yang didapati pada candi-candi di Jawa tengah. Tubuh candi Badhut yang tambun juga lebih mirip dengan candi di Jawa Tengah. Candi ini juga memiliki kemiripan dengan Candi Dieng (di Jawa Tengah) dalam hal bentuk serta reliefnya yang simetris. Candi Badhut diyakini sebagai candi Syiwa, walaupun sampai saat ini belum ditemukan arca Agastya di dalamnya.
Bangunan yang terbuat dari batu andesit ini berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 m. Batur ini sangat sederhana, tanpa hiasan relief, membentuk selasar selebar sekitar 1 m di sekeliling tubuh candi. Di sisi kanan bagian depan batur terdapat pahatan tulisan Jawa (hanacaraka) yang tidak jelas waktu pembuatannya.
Tangga menuju selasar di kaki candi terletak di sisi barat, tepat di hadapan pintu masuk ke ruang utama di tubuh candi. Pada bagian luar dinding pengapit tangga terdapat ukiran yang sudah tidak utuh lagi, namun masih terlihat adanya pola sulur-sulur yang mengelilingi sosok orang yang sedang meniup seruling. Jalan masuk ke garba grha (ruang dalam tubuh candi) dilengkapi dengan bilik penampil sepanjang sekitar 1,5 m. Pintu masuk cukup lebar dengan hiasan kalamakara di atas ambang pintu.
Dalam tubuh candi terdapat ruangan seluas sekitar 5,53 x 3,67 meter2. Di tengah ruangan tersebut terdapat lingga dan yoni, yang merupakan lambang kesuburan bagi. Pada dinding di sekeliling ruangan terdapat relung-relung kecil yang tampaknya semula berisi arca.
Dinding candi dihiasi dengan relief burung berkepala manusia dan peniup seruling. Di keempat sisi tubuh candi juga terdapat relung-relung berhiaskan bunga dan burung berkepala manusia.Didinding luar sisi utara tubuh candi terdapat arca Durga Mahisasuramardini yang tampak sudah rusak.
Di sisi selatan seharusnya terdapat arca Syiwa Guru dan di sisi timur seharusnya terdapat arca Ganesha. Keduanya sudah tidak ada lagi di tempatnya.
Candi ini pernah dipugar di tahun 1925 – 1926, akan tetapi banyak bagian yang sudah hilang atau belum dapat dikembalikan ke bentuk asalnya. Atap bangunan utama, misalnya, saat ini sudah tidak ada di tempatnya. Hanya pelipit di sepanjang tepi atas dinding yang masih tersisa.
Di bagian barat pelataran, yaitu di sisi kiri dan kanan halaman depan bangunan candi yang yang sudah dipugar, terdapat fondasi bangunan lain yang masih belum dipugar. Masih banyak onggokan batu di sekeliling pelataran candi yang belum dapat di kembalikan ke tempatnya semula.

Candi Jago

Candi Jago berasal dari kata "Jajaghu", didirikan pada masa Kerajaan Singhasari pada abad ke-13. Berlokasi di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, atau sekitar 22 km dari Kota Malang. Candi Jago ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di Candi Jago ini. Dengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit. Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan Candi Jago nampak sudah tidak utuh lagi; yang tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi. Badan candi disangga oleh tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ke tiga. Atap dan sebagian badan candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, namun ada dugaan bahwa bentuk atap Candi Jago menyerupai Meru atau Pagoda. Beberapa hiasan dan relief pada kaki candi berupa cerita Kunjarakarna. Cerita ini bersifat dedaktif dalam kepercayaan Buddha, antara lain dikisahkan tentang raksasa Kunjarakarna ingin menjelma menjadi manusia. Ia menghadap Wairocana dan menyampaikan maksudnya. Setelah diberi nasihat dan patuh pada ajaran Buddha, akhirnya keinginan raksasa terkabul. Hiasan pada badan Candi Jago tidak sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada badan adalah relief adegan Kalayawana, yang ada hubungannya dengan cerita Kresnayana. Relief ini berkisah tentang peperangan antara raja Kalayawana dengan Kresna. Sedangkan pada bagian atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak ada bekasnya.

Candi Penataran

Candi penataran adalah sebuah candi berlatar belakang hindu, letak candi ini berada desa panataran kecamatan ngelok kabupaten blitar. Candi ini merupakan satu-satunya candi yang terluas di jawa timur. Candi ini banyak dikunjungi dan tidak pernah sepi oleh pengunjung, setiap hari pasti ada yang berkunjung. anda harus menempuh jarak sekitar 12 km dari kota blitar, kira-kira memerlukan waktu 30 menit untuk sampai ke lokasi.
Setelah anda sampai di candi, di pintu utama anda akan disambut oleh 2 orang penjaga pintu, warga blitar biasa mengenal dengan nama mbah bodo. Jika anda ingin bertanya-tanya mengenai candi penataran, anda bisa langsung bertanya kepada mbah bodo, atau jika anda ingin ditemani masuk pasti mbah podo akan mengantarkan anda. Saat anda mulai masuk, akan melihat keindahan alam di sekitar candi, pemandangannya sangat indah dan membuat anda terpesona. Suasana Candi Penataran juga sejuk dan nyaman, sehingga para pengunjung betah berlama-lama di candi ini. Candi penataran merupakan candi yang kaya dengan berbagai mcam relief, jadi di candi penataran anda bisa menjumpai arca dan struktur bangunan yang bergaya hindu.
Candi penataran dulunya digunakan sebagai tempat pemujaan para raja, jadi di tempat ini sering dilakukan pemujaan. Saat anda berada di candi penataran anda bisa berfoto ditempat-tempat yang menurut anda indah, pasti sangat bagus hasilnya, anda bisa mengajak keluarga, saudara dan orang terkasih anda untuk berlibur di candi penatara, karena Suasana Candi Penataran sangat indah. Taman yang ada di candi penataran sangat bersih, rumputnya hijau dan terawat, sehingga menambah keindahan candi. Di sekitar candi juga tersedia souvenir atau oleh-oleh yang bisa anda beli, setelah anda berlibur pasti anda ingin membawa oleh-oleh untuk dibawa pulang. Di sekitar candi sudah banyak penjual, jadi anda bebas memilih oleh-oleh yang akan anda bawa pulang. Jika anda membeli banyak, pasti anda akan diberi harga yang lebih murah.

Goa Gong

Goa Gong Pacitan di Jawa Timur adalah salah satu tempat wisata di Pacitan yang populer dan memegang predikat sebagai wisata goa terindah se-Asia Tenggara. Pesona Goa Gong Pacitan ini bersumber dari panorama indah stalaktit dan stalagmit yang dapat Anda temui tatkala menyusuri goa tersebut selama kurang lebih 2 jam.
Secara geografis, Kabupaten Pacitan terletak di wilayah barat daya Jawa Timur, memiliki bentang alam yang tersusun dari pengunungan kapur yang kurang subur untuk dijadikan lahan pertanian. Kandungan hara yang dimiliki tanah di wilayah Pacitan ini termasuk sedikit, dengan demikian kriteria tanah di Pacitan tergolong  gersang. Kontur ketinggian tanah di wilayah Pacitan secara umum justru lebih membuka potensi wisata alam, salah satunya Goa Gong Pacitan ini.

Goa Gong secara administratif berada di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, berjarak sekitar 37 km arah barat dari pusat kota Pacitan. Objek wisata goa di Jawa Timur yang satu ini dikelilingi oleh pegunungan, sebelah utara adalah gunung Manyar, sebelah selatan gunung Karang Pulut, sebelah timur Gunung Gede, dan sebelah barat adalah gunung Grugah. Keempat gunung ini adalah gunung non-aktif.